Kelas: xipelajaran: sejarahkata kunci: ekonomi awal kemerdekaanJawaban: inflasi yang tinggiPenjabaran: Ketika indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Negara Indonesia berada dalam kondisi yang riskan. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab kenapa pasca kemerdekaan Indonesia tidak langsung membangun distem perekonomiannya. Selain kedatangan pasukan sekutu (Revolusi Fisik antara 1945-1949, kondisi ekonomi Indonesia saat itu tidak membaik disebabkan blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda. Ditambah lagi dengan pemberontakan dari dalam negeri di beberapa daerah. Kas kosong, ketidakseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan kas negara, serta beradarnya uang Jepang yang belum terkendali. Hal-hal tersebut juga menyumbang kekacauan pada kondisi ekonomi Indonesia awal kemerdekaan. KOMPAS.com - Keadaan ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan sangatlah buruk. Salah satu buktinya ialah inflasi besar-besaran atau hiperinflasi setelah proklamasi kemerdekaan. Saat inflasi terjadi pada 1950, biaya hidup masyarakat meningkat sebesar 100 persen. Bahan pangan juga mengalami kenaikan harga dan upah yang diterima para pegawai dan buruh pun ikut terdampak. Menurut M.C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern (2007), penyebab utama terjadinya inflasi setelah proklamasi kemerdekaan ialah karena ada tiga jenis mata uang yang beredar di pasaran secara tidak terkendali. Kala itu, Pemerintah Indonesia menyatakan jika tiga jenis mata uang tersebut berlaku di Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Dilansir dari situs Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI), berikut merupakan mata uang yang berlaku saat awal kemerdekaan, berdasarkan Maklumat Presiden Republik Indonesia pada 3 Oktober 1945:
Baca juga: Pengertian Inflasi: Indikator, dan Pengelompokan Selain karena adanya tiga jenis mata uang yang berlaku, inflasi di Indonesia saat awal kemerdekaan juga disebabkan oleh beberapa hal lainnya. Apa sajakah itu? Berikut penjelasannya yang mengutip dari situs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY):
Dalam perekonomian, Indonesia pernah mengalami hiperinflasi. Hal ini terjadi di masa orde lama, tepatnya di era demokrasi terpimpin (1963-1965). Tingkatan inflasi saat itu bahkan menyentuh angka 600 persen lebih. Hal ini memaksa Pemerintah Indonesia melakukan pemotongan nilai Rupiah atau Sanering. Jika semula nilai uangnya sebesar Rp 1000. Namun, karena adanya hiperinflasi, nilainya merosot menjadi Rp 1. Pada 1960, tingkat inflasi di Indonesia sebesar 20 persen. Kemudian tiap tahunnya, angka inflasi di Indonesia terus meningkat. Pada 1961, inflansi di Indonesia meningkat jadi 95 persen. Kemudian pada 1962, inflansi di Indonesia mencapai 156 persen. Pada tahun berikutnya, tingkatan inflansi menurun jadi 129 persen. Inflansi meningkat kembali pada 1964 menjadi 135 persen. Inflansi di Indonesia meningkat tajam pada tahun berikutnya, yakni menjadi 594 persen. Sebelum hiperinflasi di Indonesia pada 1963 hingga 1965, tingkat inflasi Indonesia masih berada dalam tingkatan 10 hingga 20 persen. Begitu pula dengan tahun 1969 hingga 1971, tingkat inflasi Indonesia berada di bawah 10 persen. Pada 1998, tingkat inflasi di Indonesia kembali tinggi, yakni berada di sekitar 77 persen. Hal ini merupakan imbas dari krisis moneter pada tahun tersebut. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Kondisi perekonomian negara pada masa awal kemerdekaan masih sangat memprihatinkan, hal ini terlihati dari adanya inflasi yang cukup tinggi. Hal ini dipicu karena peredaran mata uang rupiah Jepang yang tak terkendali, sementara nilai tukarnya sangat rendah. Permerintah RI sendiri tidak bisa melarang beredarnya mata uang tersebut, mengingat Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri. Sementara kas pemerintah kosong, waktu itu berlaku tiga jenis mata uang, yaitu De Javasche Bank, uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang rupiah Jepang. Bahkan, setelah NICA datang ke Indonesia juga memberlakukan mata uang NICA. Kondisi perekonomian ini semakin parah karena adanya blokade yang dilakukan NICA. Belanda juga terus memberi tekanan dan teror terhadap pemerintah Indonesia. Inilah yang menyebabkan Jakarta semakin kacau sehingga pada tanggal 4 Januari 1946 Ibu Kota RI pindah ke Yogyakarta. Kemudian untuk mengatasi keadaan keuangan, pada 1 Oktober 1946 Indonesia mengeluarkan uang RI yang disebut ORI (Oeang Republik Indonesia). Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan kondisi perekonomian bangsa Indonesia kacau pada awal kemerdekaan adalah beredarnya empat jenis mata uang, yaitu De Javasche Bank, uang pemerintah Hindia Belanda, mata uang rupiah Jepang, dan mata uang NICA, adanya blokade yang dilakukan NICA dan adanya teror dari pemerintahan Belanda.
Mengapa kondisi perekonomian pada awal kemerdekaan masih memprihatinkan sehingga terjadi inflasi yang cukup tinggi? Hal tersebut dipicu karena adanya peredaran mata uang rupiah Jepang yang tidak terkendali sementara nilai tukarnya sangat rendah. ------------#------------
Jangan lupa komentar & sarannya
Email: Newer Posts Older Posts |